Selasa, 13 Desember 2016

Franchise Pendidikan Anak Usia Dini

Sejarah Indonesia Strong From Home

(Membangun Indonesia yang Kuat dari Keluarga)

Hasil gambar untuk gambar kartun keluarga indonesia

    Suatu hari saya bertemu dengan seorang profesor Sosiologi & Antropologi dari salah satu perguruan tinggi di Amerika. Beliau pernah melakukan penelitan dan tinggal di Indonesia selama 5 tahun. Kami pun bercakap-cakap dan akhirnya tema perbincangan adalah mengenai pendidikan. Ketika saya menanyakan pendapatnya tentang persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, beliau menjawab bahwa akar permasalahan terletak pada sistem pendidikannya.

    Profesor itu berpendapat bahwa institusi pendidikan sesungguhnya bukanlah hanya alat untuk mendapatkan ijazah, melainkan mesin pencetak generasi. Yang artinya, bila satu generasi peserta didik gagal, dapat dipastikan sistem pendidikannya kacau balau.

    Dinegara asal profesor itu, setiap 20-30 tahun sekali selalu dilakukan proses evaluasi generasi. Yang intinya mengevaluasi sistem pendidikan yang telah mencetak generasi tersebut.

      Saya kemudian bertanya kepadanya, apa yang idealnya dilakukan untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia? Beliau mengatakan bahwa banyak orang berfokus untuk memperbaiki kondisi yang sekarang dengan mencoba untuk memperbaiki orang-orangnya. Itu baik, tapi apakah sebatang pohon oak bisa kita buat untuk berbuah apel? Profesor itu malah memberikan perumpaan kepada saya. Saya pun berpikir dan mencoba menerka, "Kita harus menanam bibit-bibit apel baru".

   "Benar sekali!" serunya. "Menanam bibitnya, memelihara mereka dengan tepat hingga kelak mereka tumbuh menjadi pohon-pohon oak yang sudah tua itu. Karena persoalan utama negeri Anda adalah pada proses pergantian generasi penerus bangsa".

       Saya, seorang yang bernama Edy Wiyono, yang tidak punya kuasa  apa pun, tidak memiliki uang melimpah, dapat melakukan apa untuk persoalan genting seperti ini? Lalu, saya bertanya lagi kepada profesor itu, "Menurut Anda, siapa yang bisa memulainya?" Dengan serius ia menjawab, "If not you, who else will? You can if you will NOT you will if you can!"

       Saya pun mendapat ilustrasi darinya tentang longsoran salju yang mampu menghantam beberapa sektor perumahan, yamg berawal dari runtuhan kecil dan bergulung menjadi besar (snaw ball).

       Yang membuat saya semakin yakin untuk meninggalkan segala bentuk comfort zone yang selama ini saya dapatkan adalah penekanan profesor tersebut yang menyatakan bahwa hasil dari proyek raksasa ini baru dapat saya nikmati dalam jangka waktu 20-30 tahun ke depan. Profesor itu juga meneguhkan dengan menyatakan bahwa seandainya kelak saya tidak bisa menikmati hasil proyek ini, paling tidak saya bisa untuk mati sambil tersenyum, die with smile ...


Buku : Ayah Edy, Judul : Edisi Revisi, Penerbit : PT Grasindo, anggota IKAPI, Jakarta 2008